Rabu, 07 Oktober 2009

Wanita, Makhluk Paling Unik dan Sulit Dimengerti, Kenapa..??

Wanita adalah makhluk yang paling unik di dunia menurut saya, tidak akan ada habisnya untuk dibicarakan dan dibahas tentang wanita ini, wanita bisa selembut sutera, tapi bisa sekeras karang. Dan untuk membahagiakan wanita tentunya kaum adam(bapak, kakak, adik, mas atau om), haruslah bisa memahami, mengerti dan bisa menyelami perasaan wanita.

Melihat dan memahami wanita jangan hanya dari body-nya yang bak gitar Spanyol, atau wajah rupawan secantik Miss World atau Miss Universe bahkan Monalisa, atau gerakannya yang lemah gemulai bak penari India, bahkan mungkin dari desah suara yang begitu merdu semerdu suara Madonna..

Tapi pahamilah seutuhnya bahwa wanita itu :
Cerewet : Pahamilah ia tidak ada maksud untuk mengatur, kadang hanya ingin LELAKI atau kita mengikut kata-katanya sekali waktu saja, maka mengerti dan pahamilah.

Cinta:CINTA pertama bagi wanita adalah yang paling dalam dan tulus, cinta wanita itu tanpa syarat, maka dapatkanlah cinta wanita yang tulus itu, Maka akan kau dapatkan indah dan manisnya cinta sejati

Ego: Wanita yang terlalu menyayangi orang yang dikasihi-nya sanggup menolak EGO-nya apabila bertemu dengan yang dicintainya.

Halus:Ibarat sehelai sutera, cantik, mulus, lembut dan mudah tercabik serta koyak itulah perasaan Wanita. Walaupun seorang wanita memaafkan seseorang yang lain atas sebab kesalahan, biasanya Wanita akan ingat kesalahan tersebut untuk disimpan jadi pelajaran. Dan bukan DENDAM, karena wanita itu pemaaf.

Ikhlas: ke-Ikhlas-an hati seorang wanita tak perlu diragukan lagi, dia akan menerima dengan apa adanya dan memberikan segalanya tanpa berharap imbalan. Karena kasihnya itu tulus

ber-Korban: Wanita sanggup berkorban apa saja untuk seseorang yang amat disayangi, termasuk ibu bapak, anak-anak dan suami, serta kekasihnya. Ia akan menyerahkan segalanya untuk berkorban, karena Wanita amat tabah.

Manja:Walaupun dia adalah seorang Wanita yang pandai berdikari, naluri seorang Wanita tetaplah seorang Wanita. Suka bermanja bukan hanya kepada insan yang bernama LELAKI , namun juga sesama kaum.

Prihatin : Sentiasa memerhatikan keadaan sekeliling dalam diam. Karena Wanita bertindak berdasarkan perasaan dan bukan akal-nya

Sensitif : Ketahuilah bukan karena ia bermaksud suka merajuk, tapi hanya ingin bermanja dan mendapatkan perhatian, maka perhatikanlah.

Seks : SEKS bukanlah segala-galanya buat Wanita karena Wanita diciptakan dengan 9 nafsu dan satu akal. NAFSU yang banyak dan tidak tertumpu kepada satu saja. LELAKI pula dijadikan dengan 9 akal dan satu nafsu. Fungsi lelaki adalah membimbing Wanita dan bukan menghanyutkannya.

Yakinlah.. jika kita bisa memahami, mengerti dan menyikapi serta menerima kesepuluh hal diatas, maka untuk membahagiakan wanita tidaklah sulit, karena belum tentu harta, paras cantik dan kedudukan tinggi mampu memberikan kebahagiaan hati dan jiwa bagi wanita.

Satu lagi yang perlu kita tahu, bahwa wanita itu hanya memiliki satu kekurangan, yaitu DIA LUPA BETAPA BERHARGA DIRINYA., maka selalu bimbing dan ingatkan serta hargailah wanita itu, dengan sepenuh hati didasar keikhlasan dan ketulusan. Jika sekali satu wanita lupa akan harga diri (tahu khan yang saya maksud)-nya akan hancurlah, semuanya….. oh… wanita … Nah.. itulah uniknya wanita begitu banyak kelebihannya tapi hanya satu kekurangannya yang bisa menjadikan kehancuran sebuah dunia, dimana wanita itu tidak menyadari betapa diri-nya begitu berharga sehingga ia akan lupa terhadap harga diri-nya karena terbuai oleh nikmat dan gemerlapnya dunia fana…

Psikologi dan Filosofi Hidup

Filosofi hidup hampir berkaitan dengan prinsip hidup. Semua
orang yang masih eksis mempunyai pegangan hidup, tujuan hidup,
prinsip hidup maupun filosofi hidup. Tentunya hal ini cukup berbeda
di antara satu dengan lainnya dalam menyikapinya. Karena, setiap
orang itu tidak sama, setiap orang itu unik, setiap orang merupakan
mahluk individualisme yang membedakan satu dengan lainnya.

Ada yang mempunyai tujuan hidup yang begitu kuat, namun
prinsip hidupnya lemah, atau sebaliknya ada orang yang mempunyai
tujuan hidup yang lemah, namun memiliki prinsip hidup yang kuat. Ini
tidaklah menjadi suatu permasalahan, yang penting seberapa baiknya
seseorang menyambung hidupnya dengan berbagai persoalan dunia yang
ada, atau dengan kata laiinya bagaimana kondisi psikologis/jiwa
seseorang dalam menjalani hidupnya.

Prinsip hidup masih jauh kaitannya dengan psikologi, namun
psikologi mau tau mau berhubungan langsung dengan prinsip hidup.
Karena, dengan menijau prinsip hidup seseorang dapat diketahui
kondisi jiwa seseorang. Prinsip hidup dan filosofi hidup sangat luas
cakupannya, tidak hanya ditinjau dari segi psikologi, tapi seluruh
cabang ilmu pengetahuan yang ada. Prinsip hidup seseorang dapat
diambil dari perspektif psikologi, agama, seni, literatural,
metafisika, filsafat dsb.

Bagi sebagian orang, filosofi hidup dapat dijadikan sebagai
panutan hidup, agar seseorang dapat hidup dengan baik dan benar.
Adapula sebagaian orang yang tidak menghiraukan apa itu tujuan hidup
dan filosofi hidup, ia hanya hidup mengikuti arus yang mengalir dan
sebagian orang lagi, terlalu kuat memegang tujuan hidup dan filosofi
hidupnya sehingga membuat ia menjadi keras dan keras, Jadi,
kesimpulannya ada 3 sifat manusia yang bisa ditinjau dari filosofi
hidupnya, yaitu orang yang lemah, orang yang netral dan orang yang
keras.

Orang yang lemah adalah orang yang tidak mempunyai tujuan hidup atau
prinsip hidup. Ia tidak tahu untuk apa ia hidup, ia tidak berusaha
mengetahui kebenaran di balik fenomena alam ini, sehingga terkadang
baik dan buruk dapat dijalaninya. Orang yang netral adalah orang
yang mempunyai tujuan dan prinsip hidup, tetapi tidak mengukuhinya
dengan terlalu kuat. Ia berusaha mencari kebenaran hidup dan hidup
dalam kebijakan dan kebenaran, ia bebas dan netral, tidak kurang dan
tidak melampaui, ia berada di tengah-tengah. Orang yang kuat adalah
orang yang memegang kuat tujuan dan prinsip hidupnya. Sehingga ia
mampu melakukan apa saja demi tercapai tujuannya. Ia terikat oleh
filosofinya, ia kuat dan kaku berada di atas pandangannya, ia merasa
lebih unggul dari orang lain dan melebihi semua orang.
Jika ditinjau dari sisi psikologi. Orang-orang yang di atas juga
dapat dikategorikan, seperti orang yang mempunyai jiwa yang lemah,
jiwa yang sedang dan jiwa yang kuat. Namun, untuk yang berjiwa
sehat, seseorang tidak hanya dilihat dari jiwa lemah, sedang ataupun
kuatnya. Penerapan tingkah lakunya dalam kehidupan sehari-hari
itulah yang penting.

Pada dasarnya, tujuan dan prinsip hidup seseorang itu baik dan
bersih. Pada saat seseorang dalam keadaan tenang, ia membuat
berbagai tujuan dan prinsip dalam hidupnya, namun ketika diterapkan
timbul beberapa hambatan dari luar dirinya atau adanya pengaruh dari
lingkungan eksternalnya. Salah satu pengaruh terbesar dari luar
dirinya adalah panca indera. Panca indera yang tidak terjaga dengan
baik akan membuat seseorang terpeleset dari tujuan dan prinsip
hidupnya. Telinga bisa mendengar, mata bisa melihat, mulut bisa
berbicara. Semua itu harus dikendalikan dengan baik.
Sebagai contoh konkret, saya mempunyai tujuan hidup menjadi
seseorang yang berguna untuk menolong semua mahluk hidup sampai ajal
menemui dan filosofi hidupnya adalah bila ada orang baik kepada
saya, maka saya akan baik kepadanya, dan bila ada orang jahat kepada
saya, maka saya akan baik juga kepadanya. Dari filosofi hidup ini,
jika dilihat dari sisi psikologinya, orang tersebut mempunyai jiwa
yang sehat, tidak mendendam dan bahagia menerima hidup. Namun, itu
hanyalah sebuah filosofi hidup, yang terpenting adalah bagaimana ia
menerapkan dalam perilakunya, apakah bisa sesempurna dengan filosofi
hidupnya atau hanya sekedar membuat filosofi hidup tetapi tidak
dijalankannya ataupun ia membuat suatu filosofi hidup, namun ia
susah menjalannya karena tidak bisa menahan godaan atau hambatan
dari luar dirinya.

Sebuah filosofi hidup bisa didapatkan dari seorang pemikir-pemikir
jenius yang bijaksana, bebas dan terpelajar. Biasanya orang tersebut
dianggap sebagai seorang filsuf, pelopor kebijakan. Masing-masing
negara memiliki tokoh filosofinya. Orang pertama yang memperkenalkan
filsafat hidup ke dalam ilmu pengetahuan adalah orang Yunani yang
kebetulan pada saat itu negaranya merupakan negara yang bebas dalam
berkarya. Terbukti begitu banyak para filsuf terkenal kebanyakan
dari bangsa Yunani, seperti Aristoteles, Plato dan Socrates.
Socrateslah yang paling banyak memberi pengaruh kepada dunia ilmu
pengetahuan, maka dia disebut Bapak Filsafat. Sedangkan, dari ilmu
psikologi, Bapak Sigmud Frued disebut-sebut sebagai Bapak Psikologi
yang paling banyak memberikan sumbangsih terhadap ilmu pengetahuan.
Kedua tokoh dunia ini sama-sama memiliki pemikiran yang luar biasa
untuk menciptakan pengetahuan-pengetahuan mengenai asal usul dari
segala sesuatu, meskipun cakupannya berbeda, namun, psikologi dan
filsafat tidak bisa dipisahkan dan sebaliknya. Banyak tokoh
psikologi yang semula mempelajari filsafat kemudian melanjutkan
pengetahuannya ke bidang psikologi.
Beberapa kata kutipan yang diambil da
ri kedua tokoh ini, yakni :

" Makanan enak, baju indah, dan segala kemewahan, itulah yang kau
sebut kebahagiaan, namun aku percaya bahwa suatu keadaan di mana
orang tidak mengharapkan apa pun adalah kebahagiaan yang tertinggi
(Socrates)".
Dan,

" Mereka yang percaya, tidak berpikir. Mereka yang berfikir, tidak
percaya (Sigmud Frued)".

Disini dapat dilihat, bahwa terjadi suatu studi banding antara kedua
ilmu tersebut, Masing-masing membicarakan asal asul segala sesuatu
menurut perspektif ilmunya. Namun, dari kedua ilmu tersebut
mempunyai suatu kesamaan, bahkan banyak kesamaan yang membahas
mengenai asal mulanya sesuatu yang pasti ada hubungannya dengan
manusia dan alam sekitarnya.

Seorang Socrates membicarakan kebahagiaan dan seorang Sigmund Frued
membicarakan pikiran, tentunya kedua hal ini mempunyai kaitan yang
cukup besar. Filosofi hidup yang diberikan oleh Socrates mengenai
kebahagiaan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan Ilmu
psikologi yang diberikan oleh Sigmund Frued mengenai pikiran (alam
sadar atau alam bawah sadar) dapat dijadikan landasan seseorang
untuk mencapai kebahagiaan.

Oleh sebab itu, seseorang yang mempelajari psikologi maupun
tidak, harus memiliki satu tujuan hidup atau filosofi hidup agar
bisa berkembang, dan seseorang yang mempelajari filsafat maupun
tidak, harus memperhatikan apakah dan bagaimanakah agar filosofinya
dapat diterapkan dengan baik dan benar sehingga mempunyai
psikologis/jiwa yang sehat untuk maju dan berhasil.

"Jika seseorang tahu kebenaran yang mendasar tentang segala sesuatu,
maka itulah inti pengetahuan'.

Antara Cinta dan Nafsu

Banyak muda-mudi jaman sekarang yang asyik masyuk terseret dalam pergaulan bebas. Pacaran seolah menjadi budaya. Pacaran menjadi nuansa bagi mereka untuk menuangkan rasa cinta pada sang kekasih. Rasa rindu ingin bertemu selalu menghantui mereka, para remaja yang sedang dimabuk cinta. Malangnya, ajang bercengkerama dua anak manusia berlainan jenis (bukan muhrim) ini lebih digemari dari pada membaca buku-buku motivasi atau kegiatan positif lainnya. Lebih malang lagi, tontonan sinetron-sinetron di televisi lebih memperparah lagi keadaan ini.

Tak dapat dipungkiri lagi, di masa sekarang, ada keprihatinan mendalam di balik fenomena itu. Dengan “mengatasnamakan cinta”, muda-mudi itu banyak yang lupa akan batasan-batasan yang digariskan agama. Melalui ajang yang disebut pacaran itu, terjadilah sebuah interaksi intensif dari perasaan saling suka, sering bertemu, dan seterusnya yang berujung pada terjadinya berbagai kontak fisik dalam kesempatan yang sepi berdua. Tak jarang mereka sampai terjerumus ke jurang perzinaan, karena tak bisa mengendalikan diri. Akhirnya, hubungan yang awalnya istimewa bagi mereka, menjadi penyebab terjadinya dosa besar dan hancurnya masa depan bagi pelakunya. Sekali lagi, sebelumnya mereka melakukannya dengan “mengatas namakan cinta”.

Ada kisah nyata seorang wanita yang dulu jadi teman sekelas semasa SD. Dia adalah gadis yang manis menurut penilaian umum. Walau sedikit centil, ia banyak disukai teman-temannya. Sejak SD ia sudah telibat hubungan asmara dengan kakak kelas yang juga masih tetangga saya. Walau itu mungkin cinta monyet, namun kisah itu terus berlanjut hingga SMA. Malangnya, ketika masih kelas 1 SMA, si gadis ternyata telah berbadan dua sehingga mau tidak mau harus kawin sangat muda. Tak berapa lama, keluarlah anaknya dari rahimnya sehingga dapat dikata ABG (Anak Baru Gede) tiba-tiba mengeluarkan anak yang bisa “gede”. Setelah semua itu terjadi, hilanglah masa-masa indah si gadis dalam berproses menjadi manusia dewasa. Dia harus menjadi sosok ibu di saat jiwanya masih pancaroba, sementara gadis-gadis lain sedang menikmati kebebasan mencari jati diri. Dia kini kelihatan sudah tua dengan badan gemuknya layaknya ibu-ibu kelahiran era 70an. Kecantikannya hanya terlihat sekejap mata setelah bencana itu tak dapat dihindarinya. Ia telah kehilangan masa mudanya… Lalu, siapa yang salah?

Begitu naifkah, kata cinta yang harusnya dijaga kesuciannya, menjadi ternoda. Lalu, benarkah itu cinta? Ataukah hanya nafsu yang terkamuflase? Jadi, ketika sepasang muda-mudi sedang asyik berduaan, sebenarnya cinta ataukah nafsu mereka yang “berbicara”? Apakah emosi ataukah akal sehat mereka yang lebih dominan?

Jika ada seorang gadis yang berkata pada kekasihnya, “Kuserahkan segala milikku untukmu sebagi bukti cintaku padamu…” Dia menganggap itu sebagai sebuah pengorbanan karena cinta. Tapi begitukah pengorbanan untuk cinta? Ataukah itu untuk nafsu? Apakah beda antara cinta dan nafsu?

Ada seorang pemuda menanyakan pada pacarnya, “Bila kau benar cinta padaku, apa buktinya?” Atau dalam kesempatan lain, “Sebagai bukti cinta, maukah kau kucium, kupeluk… (dan seterusnya).” Atau dalam kasus lain, jika yang minta ini itu adalah sang gadis, dan ketika si pemuda menolaknya lantas dibilang pengecut. Apakah harus begitu membuktikan cinta?

Begitu mudahkah mengatas namakan “cinta” untuk suatu perbuatan dosa. Apakah itu benar cinta, atau itukah yang dinamakan nafsu? Yah, sebagai makhluk jenius yang dikaruniai akal budi yang sempurna, kita sebagai manusia pasti tahu perbedan keduanya, antara nafsu dan cinta. Dan sebagai generasi muda yang terpelajar, sudah sepantasnyalah kita tidak mencampuradukkan kedua hal itu untuk melegalkan hasrat (baca: hawa nafsu) kita.

Sekarang adalah era informasi yang serba canggih, bukan era manusia gua ratusan abad yang lalu. Manusia semakin cerdas dan punya peradaban tinggi. Jadi, harus tahu apa itu arti cinta yang sesungguhnya, dan jangan menodai makna cinta dengan pelampiasan hasrat nafsu birahi dengan mengatasnamakan cinta.

Begitu memprihatinkan pergaulan bebas muda-mudi di jaman ini, yang melegalkan perbuatan maksiat sebagai sebuah kebiasaan yang wajar. Hal itu bukan tanpa bukti. Ada wanita yang berkisah langsung dan katanya ingin bertaubat. Ada juga laki-laki yang berkisah dengan perasaan bangga tanpa ada niat memperbaiki diri sedikitpun. Ada juga cerita dari teman yang sering dijadikan curhat teman-temannya. Pendek kata, kita harus mengurut dada mengetahui realitas kelabu ini. Mereka ada di tengah-tengah kita. Itu terjadi di tengah-tengah kita.

Belum lagi banyaknya kasus-kasus pergaulan intim muda-mudi di luar nikah yang menghebohkan, direkam layaknya film dokumenter, namun akhirnya aib itu tersebar. Dan bagi si pelaku, pasti malu yang tak terkira harus mereka tanggung. Juga bagi keluarganya, itu semua menjadi aib yang memalukan, menghancurkan martabat keluarga, dan meluluhlantakkan segala kebanggaan. Ironisnya, pelakunya kebanyakan adalah sepasang kekasih yang masih pelajar atau mahasiswa. Lebih ironis lagi, mereka melakukannya atas nama cinta.

Pertanyaannya: apakah semua itu akan dibiarkan saja? Atau biarlah jadi bahan pemberitaan belaka?

Nama cinta bukanlah untuk sesuatu yang nista. Cinta adalah anugerah Yang Kuasa yang harus kita jaga kesuciannya. Beda cinta dan nafsu? Jika kita mencintai kekasih kita, maka dengan cinta itulah kita menjaganya, bukan menodainya. Cinta selalunya suci dan mulia bila ia dimiliki oleh seorang “pecinta sejati”. Banyak kisah cinta yang menjadi legenda. Tajmahal yang indah di negeri India tercipta karena cinta. Rabiah Al Adawiyah menjadi legenda sufi wanita karena cintanya pada Sang Pencipta.

Pasangan legenda Rama–Shinta, Romeo–Juliet, Kais–Laila, menjadi kisah sepanjang masa karena cinta mereka. Tidak ada kisah melegenda tentang nafsu yang tak terkendali dalam hubungan dua insan lain jenis tanpa ikatan pernikahan. Adanya hanyalah skandal, perselingkuhan, perzinaan, dan nama lain sejenis yang amoral.

Jadi, jangan katakan ‘cinta’ jika kita tidak bisa memaknainya dengan makna yang sebenarnya. Jangan samakan cinta dengan nafsu hanya karena kita kurang kendali diri. Jangan mengkambinghitamkan cinta sebagai sarana pelampiasan nafsu. Dan yang lebih penting lagi, pergaulan bebas tak akan terjadi bila muda-mudi kita bisa memaknai cinta dengan sebenarnya dan memegang teguh ajaran agama dengan istiqomah (konsisten) sampai tiba masanya gerbang pernikahan terbuka.

Akibat Negatip Hawa Nafsu

Setiap manusia pasti memiliki keinginan terhadap sesuatu, itulah yang kemudian disebut hawa nafsu. Pada dasarnya manusia boleh saja memenuhi segala keinginannya selama keinginan itu benar menurut Allah dan Rasul-Nya. Namun ternyata begitu banyak manusia yang memenuhi segala keinginannya tanpa kendali meskipun keinginan itu adalah hal-hal yang tidak benar. Oleh karena itu, didalam Islam kita mengenal ada perintah berperang melawan hawa nafsu, itu artinya kita harus bisa mengendalikan hawa nafsu, bukan membunuh nafsu yang membuat kita tidak memiliki lagi keinginan terhadap sesuatu.

Menuruti hawa nafsu dalam arti negatif, yakni menuruti segala keinginan yang tidak dibenarkan oleh Allah dan Rasul-Nya merupakan sifat yang tidak boleh kita miliki. Akibat negatif dari hawa nafsu, bila hal itu kita miliki, maka akan sangat berbahaya, tidak hanya bagi kita secara pribadi tapi juga bagi keluarga dan masyarakat luas.

AKIBAT NEGATIF
Ada banyak akibat negatif yang akan ditimbulkan dari menuruti hawa nafsu tanpa kendali itu.

1. Menyimpang Dari Kebenaran
Orang yang menuruti hawa nafsu cenderung menyimpang dari kebenaran, baik dalam bentuk perkataan, perbuatan maupun keputusan dan kebijakan yang ditempuhnya. Nafsu memiliki harta membuat begitu banyak orang yang menghalalkan segala cara dalam memperolehnya meskipun akan merugikan pihak lain. Nafsu memperoleh dan mempertahankan kekuasaan telah membuat banyak orang yang melanggar peraturan, meskipun peraturan itu dimuat oleh mereka sendiri, dan begitulah seterusnya. Allah Swt berfirman yang artinya, Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena kamu ingin menyimpang dari kebenaran. (QS 4:135)

Oleh karena itu, sebagai muslim kita harus selalu berusaha berada di atas ketentuan yang telah digariskan Allah Swt dalam menjalankan kehidupan di dunia ini dan tidak akan tergoda oleh keinginan hawa nafsu manusia yang memang selalu berusaha menyimpangkan kita dari jalan hidup yang benar, Allah berfirman yang artinya, Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syari'at (peraturan) dari urusan itu, maka ikutilah syari'at itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui. (QS 45:18)

2. Sesat dan Menyesatkan Manusia
Menyimpang dari kebenaran berarti menempuh jalan yang sesat, dan orang yang mengikuti hawa nafsu seringkali semakin asyik dengan kesesatannya itu, bahkan sampai tidak merasa berdosa lalu berusaha membenarkan kesesatan yang dilakukannya itu dengan berbagai dalih. Oleh karena itu, seorang muslim diingatkan oleh Allah Swt agar jangan sampai menuruti hawa nafsu yang akan membawanya pada kesesatan yang fatal. Allah berfirman yang artinya, Janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupangan hari perhitungan. (QS 38:26)

Kalau seseorang selalu mengikuti hawa nafsu yang akhirnya mengarahkan dirinya pada kesesatan, maka diapun tidak mau sesat sendirian, diapun selalu berusaha untuk menyesatkan orang lain secara sungguh-sungguh. Hal ini dinyatakan Allah dalam firman-Nya yang artinya, Dan sesungguhnya kebanyakan (dari manusia) benar-benar hendak menyesat (orang lain) dengan hawa nafsu mereka tanpa pengetrahuan. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang melampaui batas. (QS 6:119)

3. Melampaui Batas
Dalam banyak kasus, orang yang menuruti hawa nafsu menunjukkan sikap dan melakukan tindakan yang melampaui batas-batas kewajaran. Sebagai contoh, kita tidak boleh berburuk sangka kepada orang lain, namun karena ada orang yang berburuk sangka kepada orang lain, kitapun mengikutinya dalam opini yang berburuk sangka itu dan penilaian terhadapnya menjadi jelek. Jangankan orang tersebut melakukan keburukan, bila dia melakukan sesuatu yang sangat baik sekalipun kita menganggapnya sebagai sesuatu yang buruk, ini namanya melampaui batas-batas kewajaran. Orang yang selalui menuruti hawa nafsunya memang akan selalu bersikap dan berprilaku yang melampaui batas. Allah berfirman yang artinya, Dan janganlah kamu mengikuti orang-orang yang hatinya telah Kami lalaikan untuk mengingat Kami, serta mengikuti hawa nafsunya karena segala urusannya suka melampaui batas, (QS 18:28)

Ayat tersebut di atas turun ada sebabnya. Diantara riwayat yang menjelaskan tentang sebabnya adalah: Uyainah bin Hishnin datang menghadap Nabi Saw yang sedang duduk bersama Salman Al Farisi. Ia berkata: "Jika kami datang, hendaknya orang ini dikeluarkan dan baru kami dipersilahkan masuk, maka turun ayat tersebut yang mengingatkan Rasulullah untuk tidak memenuhi permintaan tersebut, karena hal itu sudah malampaui batas. Dalam kehidupan kita sekarang, kita dapati begitu banyak orang yang karena menuruti hawa nafsunya, selalu memberikan penilaian yang buruk kepada orang lain meskipun orang tersebut melakukan sesuatu yang sangat baik, dan menyikapi segala sesuatu dengan hal-hal yang tidak wajar.

Bentuk lain dalam soal melampaui batas adalah penggunaan atau membelanjakan harta yang cenderung boros, padahal Islam melarang orang untuk berlaku boros, tapi yang diperintah adalah berhemat-hemat. Dalam hal ini ada orang yang berlebih-lebihan dalam soal makan, minum, pakaian, rumah, kendaraan dan sebagainya. Akibatnya ada kegoncangan dalam masalah ekonomi yang berakibat pada pergeseran nilai manakala hal-hal tersebut tidak bisa dipenuhi secara wajar.

4. Merusak Kehidupan
Rusaknya kehidupan manusia akan terjadi apabila mereka selalu menuruti hawa nafsunya, baik kerusakan itu dari segi fisik maupun mental. Kehidupan rumah tangga juga akan mengalami kerusakan apabila orang yang ada di dalamnya selalu menuruti hawa nafsu. Suatu bangsa dan negara juga akan hancur manakala manusianya suka menuruti hawa nafsu. Menuruti hawa nafsu dalam soal harta akan merusakan sendi-sendi kehidupan ekonomi. Menuruti hawa nafsu dalam masalah seks akan merusak kehidupan moral dan akhlak mulia, Menuruti hawa nafsu berkuasa akan menghancurkan tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara, begitulah seterusnya. Karena itu, dalam suatu hadits, Rasulullah Saw bersabda: Ada tiga hal yang dapat merusak: kekikiran yang selalu ditaati, hawa nafsu yang diikuti dan bangga terhadap diri sendiri (HR. Bazzar).

Terjadinya kerusakan fisik lingkungan hidup serta moralitas yang rendah bagai binatang adalah disebabkan oleh tindakan manusia sendiri yang selalu menuruti hawa nafsunya, dan itu semestinya membuat manusia menyadari kesalahannya lalu mau kembali ke jalan hidup yang benar, Allah berfirman yang artinya, Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS 40:41)

Dengan demikian, menjadi jelas bagi kita bahwa nafsu yang ada pada diri kita masing-masing harus kita kendalikan dengan baik, sehingga segala keinginannya yang baik akan kita turuti dan kita penuhi, sedangkan keinginan yang buruk tidak akan kita penuhi meskipun hal itu akan menyenangkan diri kita secara duniawi, apabila hal ini tidak bisa kita capai, maka kita mengalami kerugian, baik di dunia maupun di akhirat. Disinilah pentingnya memiliki nafsu yang selalu memperoleh rahmat dari Allah Swt sebagaimana nafsu yang telah dimiliki oleh Nabi Yusuf AS sehingga beliau bisa menghindarkan dirinya dari segala bentuk kemaksiatan sebagaimana difirmankan di dalam Al-Qur'an, Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS 12:53)