Selasa, 07 Juni 2011

Kesusahan adalah sebagian daripada NIKMAT

Ingatlah, disaat kita susah; kita ingat masa lalu, ingat kapan kita mendapatkan yang namanya kesenangan, ingat akan siapa yang menciptakan langit, bumi, matahari, air dan pepohonan, dan ingat pula kepada Tuhan yang telah memberikan NIKMAT (kesusahan tersebut).

Setiap kesusahan menimpa, manusia lebih cenderung Muhasabah (introspeksi diri) atau menjadi pelajaran akan semua kesalahan, kekurangan dan segalanya… dan lihat mereka yang telah bertabur kemewahan, keduniaan sedikit sekali mereka bisa merasakan rasa syukur, mereka banyak lupa, melupakanNya, kadang mereka bias sadar kembali bilamana NIKMAT KESUSAHAN menimpa dirinya. tapi orang yang kesusahan memang seharusnya lebih banyak bersyukur, mensyukuri…



Dalam surah Ar-Rahman menyebutkan berkali-kali….



“Maka NIKMAT Tuhan kamu yang manakah kamu hendak dustakan???”



“Serulah (semua manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan nikmat dan pengajaran yang baik..”

(surah An-Nahl:125) :



Bila kita mendapatkan nikmat diatas, janganlah bersedih, yakinlah dalam kesusahan ini ada nikmat, di mana di dalamnya ada hikmah tersembunyi yang kita gak akan pernah tau dan memahami maksud dan kehendak Tuhan.

Kita diberi kesusahan, itu pertanda (ciri; bisa jadi) Tuhan itu mencintai kita, walaupun kadang kita berprasangka Tuhan telah tidak lagi cinta, sayang kepada hambaNya, sehingga hambaNya selalu saja hidup dalam kesusahan, ketidakjelasan (seperti sekarang ini).

Hilangkan prasangka buruk kepada Tuhan (su’udhon) tetap tanamkan rasa optimis diiringi dengan kesabaran, ketelatenan, keuletan dan rasa syukur yang selalu tertanam dalam hati… tetap husnudhon (berprasangka baik kepada Tuhan).

Saya merasakan, saya kadang dalam hati berkata; “Tuhan murka kepada saya, Tuhan telah menjauh dari saya, Tuhan telah marah kepada saya, dan lain sebagainya” hal inilah yang saya piker membuat perasaan ini semakin menjadi pesimis, malas bahkan menjadi PUTUS ASA untuk melakukan segala sesuatunya.



Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.

(QS. Al-Insyirah [94]: 5-6)

Senin, 06 Juni 2011

Jaga 7 Sunnah Nabi Muhammad SAW

Cerdasnya orang yang beriman adalah, dia yang mampu mengolah hidupnya yang sesaat, yang sekejap untuk hidup yang panjang. Hidup bukan untuk hidup, tetapi hidup untuk Yang Maha Hidup. Hidup bukan untuk mati, tapi mati itulah untuk hidup.

Kita jangan takut mati, jangan mencari mati, jangan lupakan mati, tapi rindukan mati. Karena, mati adalah pintu berjumpa dengan Allah SWT. Mati bukanlah cerita dalam akhir hidup, tapi mati adalah awal cerita sebenarnya, maka sambutlah kematian dengan penuh ketakwaan.

Hendaknya kita selalu menjaga tujuh sunnah Nabi setiap hari. Ketujuh sunnah Nabi SAW itu adalah:

Pertama, Tahajjud

karena kemuliaan seorang mukmin terletak pada tahajjudnya.

Kedua, membaca Al-Qur’an sebelum terbit matahari

Alangkah baiknya sebelum mata melihat dunia, sebaiknya mata membaca Al-Qur’an terlebih dahulu dengan penuh pemahaman.

Ketiga,

Jangan tinggalkan masjid terutama di waktu shubuh. Sebelum melangkah kemana pun langkahkan kaki ke masjid, karena masjid merupakan pusat keberkahan, bukan karena panggilan muadzin tetapi panggilan Allah yang mencari orang beriman untuk memakmurkan masjid Allah.

Keempat,

jaga shalat Dhuha karena kunci rezeki terletak pada shalat dhuha.

Kelima

jaga sedekah setiap hari.

Allah menyukai orang yang suka bersedekah, dan malaikat Allah selalu mendoakan kepada orang yang bersedekah setiap hari.

Keenam

jaga wudhu terus menerus karena Allah menyayangi hamba yang berwudhu. Kata khalifah Ali bin Abu Thalib, “Orang yang selalu berwudhu senantiasa ia akan merasa selalu shalat walau ia sedang tidak shalat, dan dijaga oleh malaikat dengan dua doa, ampuni dosa dan sayangi dia ya Allah”.

Ketujuh, amalkan istighfar setiap saat.

Dengan istighfar masalah yang terjadi karena dosa kita akan dijauhkan oleh Allah.

Dzikir, kata Arifin Ilham, adalah bukti syukur kita kepada Allah. Bila kita kurang bersyukur, maka kita kurang berdzikir pula, oleh karena itu setiap waktu harus selalu ada penghayatan dalam melaksanakan ibadah ritual dan ibadah ajaran Islam lainnya.

“Dzikir merupakan makanan rohani yang paling bergizi,” katanya, dan dengan dzikir berbagai kejahatan seperti narkoba, KKN, dan lainnya dapat ditangkal sehingga jauhlah umat manusia dari sifat-sifat hewani yang berpangkal pada materialisme dan hedonisme.

Oleh : HM Arifin Ilham